Penulis: Kyai Zenal (Ketua LBMNU KBB)
Banyak pesantren-pesantren ternama yang berhasil mengkaderisasi santri-santrinya menjadi generasi yang tangguh dan mumpuni (menguasai kitab kuning dalam berbagai bidang disiplin ilmu), mencetak ulama yang mumpuni di segala bidang ilmu pengetahuan agama (mutafannin), ternyata rahasianya, karena dalam proses pembelajarannya mengaplikasikan metode belajar dari kitab taklim mutaa'allim, yaitu mentradisikan musyawaroh untuk mempertajam dan memperdalam pemahaman, sehingga mempunyai keilmuan yang sangat mendalam dan wawasan keilmuan yang sangat luas, pemikiran yang berkembang ( huriyah ukuliyah ), tidak kaku ( jumud ) tidak canggung bahkan tidak ortodok, metode belajar dengan musyawarah juga merupakan rekreasi pikirannya para santri yang mengasikkan dari mulai mengkaji satu literatur kitab kuning sampai melalui banyak literatur kitab kuning untuk memperkaya pustakanya.
Musyawaroh di pesantren sangat urgen, karena dengan musyawaroh akan tersingkap makna yang mendalam dan sulit difahami menjadi jelas dan terang benderang, karena jika tanpa musawaroh mungkin saja makna yang dalam serta sulit difahami itu tidak akan tersingkap dengan jelas.
Musyawarah dengan cara berdebat, saling bantah, saling sangkal ( مناظرة ) saling bertukar pikiran ( مذاكرة ) mengoreksi kekurangan dan kelemahan lawan debat dengan melemparkan pendapat kepada yang lainnya ( مطارحة ) tentunya membuat suasana musyawaroh semakin rame, semarak, seru, menarik, menyenangkan dan sangat menggairahkan, tidak ketinggalan juga terkadang di selingi canda tawa, joke-joke hangat yang lucu yang menghibur yang bisa mencairkan suasana yang tegang, musyawarah seperti ini lah yang menjadi ciri khas pesantren yang sangat digemari para santri, dari tradisi musyawarah ini lah menjadi cikal bakal berkembangnya forum-forum bahsul masail di pesantren-pesantren ( laznah bahul masail) maupun di luar pesantren seperti yang berkembang di jami'yah nahdlatul ulama yang dikenal dengan lembaga bahsul masail (LBM) di semua tingkatan kepengurusan ormas NU yang merupakan ruhnya NU.
Belajar mengaji dengan menerapkan metode Musyawarah ini bagi santri wajib hukumnya, musyawarah tidak untuk unjuk kepintaran, mencari kemenangan, mencari perhatian orang lain apalagi menimbulkan permusuhan ( مجادلة ), karena hal seperti itu haram hukumnya, tetapi harus diniatkan dengan hati yang tulus ikhlas ( murni karena Allah ) di mana musyawarah bertujuan untuk mencerdaskan juga sebagai proses untuk mencari kebenaran, oleh karena itu harus dihadapi dengan hati yang tenang, tidak mudah emosi, sabar, serta penuh pemikiran, perlu persiapan yang matang, perbandingan literatur yang banyak sebagai dalil pendukung, pasang kuda-kuda dengan argumentasi yang kuat, sehingga bisa diyakinkan bahwa pendapat yang akan disampaikan itu tidak terbantahkan ( جامع مانع ).
Berdebat harus sportif, bertujuan mencari kebenaran, mempunyai dasar dan argumen yang kuat dan meyakinkan serta arah yang jelas dan rasional, jangan sampai sebaliknya, malah tidak ada tujuan, tidak ada dasar, tidak jelas arahnya (ngawur) tidak ada argumen yang meyakinkan dan tidak rasional, debat seperti ini namanya debat kusir.
Berdebat tidak boleh ngawur apalagi direkayasa, kecuali jika menghadapi lawan debat yang ngengkel/ngeyel, berkelit-kelit mencari kesalahan lawannya, hanya untuk menang, tidak untuk mencari kebenaran.
Kitab taklim mutaa'llim karangan seikh Ajjarnuji yang disarahi oleh seikh ibrohim bin ismail, selalu dijadikan mata pelajaran di pesantren-pesantren di seluruh penjuru dunia, telah terbukti kemanjurannyannya yang berhasil mencetak ulama-ulama hebat karena menerapkan metode musyawaroh terutama dalam bidang adab seorang murid terhadap guru, sangat berperan penting untuk keberhasilan seseorang di dalam mencari ilmu, untuk kemanfaatan dan keberkahan ilmunya.
Pesantren-pesantren yang telah berhasil menerapkan metode musyawaroh menurut perspektif kitab taklim mutaa'llim ini diantaranya: pesantren lirboyo kediri, ploso kediri, sidogori, kewagean, al-anwar sarang, kerapyak jogja dll, terbukti banyak sekali jebolan-jebolan pesantren-pesantren tersebut di daerahnya menjadi pendekar-pendekar bahsul masail bahkan mendominasi dunia bahsul masail.
Kalau kita perhatikan bahhsul masail di jawa-timur sangat berkembang pesat, bisa sangat memikat peminat yang luarbiasa, lajnah-lajnah bahsul masail pun menjamur di mana-mana, bahkan sudah mulai berkembang bahsul masail di kalangan perempuan/di pesantren putri dan hasilnya sudah dikodifikasikan, karena sudah terbiasa dengan kegiatan musyawarah setiap hari yang sudah menjadi kurikulum pesantren, dimana semuah mata pelajaran kitab kuning dimusyawarahkan, yang sangat menarik lagi di pesantren kewagean pare kediri Jawa Timut asuhan romo kyai hanan maksum ( besan romo kyai kafabihi mahrus lirboyo ) di sana kitab ihya ulumudin juga di musyawarahkan.
Namun sayangnya masih banyak pesantren-pesantren di sebagian daerah, yang belum menerapkan metode musyawarah ke dalam kurikulumnya, hal ini sangat memperihatinkan, masih sangat tertinggal, dan ternyata masih sangat minim sekali peminat bahstul masail di daerahnya, bahkan masih sangat asing, banyak juga yang takut dan segan atau minder dengan bahstul masail, padahal belajar dengan metode musyawarah lebih kuat/lebih berpotensi dan lebih hebat untuk mencerdaskan santri-santrinya, hasilnya juga berapa kali lipat jika dibandingkan dengan belajar biasa. bahkan musyawaroh sesaat lebih efektif dari pada mengulang-ulang belajar selama sebulan.
kenapa sangat minim sekali peminat bahstul masail di suatu wilayah atau daerah? ... Karena kitab taklim mutaa'llim di pesantren-pesantren di daerahnya hanya dibaca saja, tidak pernah diterapkan baik metode musyawarahnya maupun adabnya, dimana musyawarah tidak dibiasakan dan diprogramkam ke dalam kurikulum pesantren, padahal menerapkan metode belajar mengaji dengan musyawarah tidak harus selalu ditunjang dengan banyak santri, ada 10 orang 5 orang bahkan dua orang santri saja bisa berjalan, kalau ada kemauan.
تعليم المتعلم ص: ٣٠ (مكتبة الهداية سورابايا )
(ولابد لطالب العلم من المذاكرة والمناظرة ) أى المباحثة ( والمطارحة ) من طرح احدهما كلام الآخر فينبغى ان يكون كل منهما بالانصاف ( والتأنى والتأمل ) لأن أضداد هذه الأشياء مذمومة ومستهنة ( ويتحرز عن الشغب ) بفتح السين المعجمة وسكون الغين المعجمة وتحريكها أى تهييج الشر وتحريكه ( فان المناظرة والمذاكرة مشاورة والمشاورة انما تكون لاستخراج الصواب وذلك ) اى استخراج الصواب ( انما يحصل بالتأمل والتأنى والانصاف ولا يحصل ذلك بالغضب والشغب فان كانت نيته من المباحثة الزام الخصم وقهره لا يحل ذلك ) أى ما ذكر من المباحثة والمطارحة ( وانما يحل ذالك لاظهار الحق أى الصواب ( والتموية ) أى التلبس ( والحيلة لا تجوز فيها ) أى فى المناظرة ( الا اذا كان الخصم متعنتا ) أى طالبا لزلة صاحبه لا لطالب الحق .
وفائدة المطارحة والمناظرة أقوى من فائدة مجرد التكرار لأن فيه اى فى المطارحة تكرارا لما علمته وزيادة أى زيادة مالم تعلمه لأنه بسبب المناظرة ينكشف من المعانى الدقيقة الغامضة مالا ينكشف بدونها وقيل مطارحة ساعة خير من تكرار شهر لكن اذا كان المناظر مع منسف أى ذى انصاف ( سليم الطبع ).
Imam Abu hanifah bisa sukses menjadi ahli fikih, memiliki kecerdasan dan kecerdikan, sampai menjadi mujtahid mutlak, karena beliau gemar bermusyawarah di dalam belajarnya, bertukar pikiran ( mudzakaroh ) saling mengkoreksi kekurangan pendapatnya (muthorohah), saking asiknya, sampai-sampai ketika beliau sedang dagang kain di toko pun beliau masih sempat sempatnya, musyawarah, mudzakaroh dan munazhoroh.
تعليم المتعلم ص : ٣١ ( مكتبة الهداية سوربايا )
(وانما تفقه أبو حنيفة ) أى ما صار أبو حنيفة فقيها الا ( بكثرة المطارحة والمذاكرة فى دكانه حين كان بزازا) يبيع البز فى دكانه ( فبهذا يعلم ان تحصيل العلم والفقه يجتمع مع الكسب ) كما جمعه أبو حنيفة
Musyawaroh merupakan tradisi para nabi dan para sahabat, tabii'n, tabii'ttabiin, sampai para ulama dan para santri akhir jaman sekarang.