Ziarah Spiritual PCNU Bandung Barat ke Bangkalan: Menyimak Jejak Perjuangan Muassis NU, Syaikhona Kholil

Breaking News

Ziarah Spiritual PCNU Bandung Barat ke Bangkalan: Menyimak Jejak Perjuangan Muassis NU, Syaikhona Kholil

 


Bangkalan, Madura — Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Bandung Barat melaksanakan ziarah muassis NU ke makam Syaikhona Kholil bin Kiai Abdul Latif di Bangkalan, Madura, pada awal pekan ini. Kegiatan ini bukan sekadar ritual ziarah, namun menjadi momen reflektif mendalam dalam menggali sejarah dan spiritualitas berdirinya Nahdlatul Ulama.
Dalam ziarah ini, para pengurus dan rombongan mendapatkan penjelasan langsung dari Ketua PCNU Bangkalan, KH. Muhammad Maki Nashir, mengenai perjuangan besar sang muassis NU, Syaikhona Kholil Bangkalan. Dalam narasi bertajuk "Perjuangan Mbah Syaikhona Kholil bin Kiai Abdul Latif Al-Bangkalani," KH. Maki mengajak peserta ziarah untuk menyelami kembali pondasi awal berdirinya NU yang sarat dengan spiritualitas dan tradisi pesantren.
"Untuk memahami pondasi, di tengah derasnya arus informasi yang kadang mengaburkan sejarah, penting bagi kita untuk kembali menengok titik mula perjuangan para ulama," ujar KH. Maki. "NU secara struktur mungkin serupa dengan organisasi lain, tapi keberadaannya yang tetap lestari hingga kini adalah karena kekuatannya terletak pada ruh dan tradisi para ulama."
Dalam kesempatan tersebut, KH. Maki menegaskan bahwa NU tidak didirikan untuk menciptakan metode baru, tetapi melanjutkan tradisi pesantren yang telah mengakar kuat di Nusantara. Prinsip “al-muhafazhah ‘ala al-qadim as-shalih wa al-akhdzu bi al-jadid al-ashlah” menjadi dasar perjuangan NU dalam menjaga yang lama yang baik dan mengambil yang baru yang lebih maslahat.
Ziarah ini juga mempertegas posisi penting Syaikhona Kholil dalam perjalanan sejarah NU. Meski secara waktu beliau hidup jauh setelah masa Walisongo, makamnya kini menjadi bagian dari paket ziarah spiritual yang sejajar dengan makam-makam Walisongo. Ini menunjukkan peranan penting beliau sebagai peletak pondasi berdirinya NU, sebagaimana Walisongo menjadi peletak dasar penyebaran Islam di Nusantara.
"Tahun 1920 para ulama berkumpul di Bangkalan untuk meminta arahan dari Mbah Kholil atas situasi bangsa saat itu," tutur KH. Maki. "Beliau menjawab dengan dua ayat suci Al-Qur'an, QS Ash-Shaff ayat 8 dan At-Taubah ayat 32, yang menggambarkan optimisme akan tegaknya agama Allah meskipun banyak yang ingin memadamkannya."
Ziarah ini menjadi bagian dari program spiritual PCNU Bandung Barat untuk menguatkan ghirah ke-NU-an sekaligus memperkuat jalinan sanad keilmuan dan ruh perjuangan dari para muassis. 
(KH. ALI KURNIAWAN)

© Copyright 2022 - NU KBB Online